Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;
A. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).Contoh:-Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor).
-Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
-Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
- Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
- Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
-Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.Contoh:
- Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
- Sebagian pejabat korupsi (minor).
-Sebagian pejabat tidak
disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil
kesimpulan.Contoh:
-
Beberapa politikus tidak
jujur (premis 1).
-
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa
disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat
kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil
kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua
proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya
positif.
Contoh:
-
Kerbau bukan
bunga mawar (premis
1).
- Kucing bukan
bunga mawar (premis
2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan.
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
·
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat
yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan
salah.
Contoh:
-
Kerbau adalah
binatang.(premis 1)
-
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
-
Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan
term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
·
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun
premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
- Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
- Januari adalah bulan.(minor)
- Januari bersinar dilangit?
·
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat,
dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
-
Kucing adalah binatang.(premis 1)
-
Domba adalah binatang.(premis 2)
- Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
-
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat
diturunkan kesimpulannya.
B. Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen
yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya
adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
· Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh: - Jika hujan saya naik becak.(mayor)
- Sekarang hujan.(minor)
- Saya naik becak (konklusi).
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
konsekuennya.
Contoh:
-
Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
- Sekarang bumi telah basah
(minor).
- Hujan telah turun (konklusi)
·
Silogisme hipotetik yang
premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
- Jika politik
pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
- Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
- Kegelisahan tidak akan
timbul.
· Silogisme hipotetik yang
premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
- Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa
akan gelisah.
- Pihak penguasa tidak gelisah.
- Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme
hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang
penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan
pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen
dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
- Bila A terlaksana maka B
juga terlaksana.
- Bila A tidak terlaksana
maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B terlaksana, maka
A terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B tidak terlaksana
maka A tidak terlaksana.
C.Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
- Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
- Nenek Sumi berada di Bandung.
- Jadi, Nenek Sumi tidak
berada di Bogor.
D.Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh entimen:
- Dia menerima hadiah
pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Sumber :
No comments:
Post a Comment